·
Ungkapan Bhineka
Tunggal Ika dapat ditemukan dalam Kitab
Sutasoma yang ditulis oleh Mpu
Tantular pada abad ke-XIV pada masa kerajaan Majapahit, yaitu “Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wisma, Bhinnȇka
rakwa ring apan kena parwanosen, mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal,
Bhinnȇka tunggal ika tan hana darma wangrwa” (Bahwa agama Buddha dan Siwa
(Hindu) merupakan zat yang berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina (Buddha)
dan Siwa adalah tunggal. Terpecah belah, tetapi satu jua, artinya tidak ada
dharma yang mendua).
·
Menurut ungkapan
Jawa Kuno tersebut, secara harfiah mengandung arti ‘bhinneka’ (beragam), ‘tunggal’ (satu), ‘Ika’ (itu), yaitu
beragam itu satu.
·
Semboyan
Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi pembicaraan terbatas antara Muhammad Yamin,
Soekarno, I Gusti Bagus Sugriwa dalam sidang-sidang BPUPKI. Moh. Hatta sendiri
mengatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah ciptaan Bung Karno setelah
Indonesia merdeka. Setelah beberapa tahun kemudian, ketika merancang Lambang
Negara Republik Indonesia dalam bentuk garuda pancasila, Bhinneka Tunggal Ika
dimasukkan kedalamnya.
·
Lambang Garuda
Pancasila digunakan dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat yang dipimpin
oleh Bung Hatta pada 11 Februari 1950 berdasarkan rancangan yang dibuat oleh
Sultan Hamid II (1913-1978)
·
Bhinneka Tunggal
Ika dijadikan semboyan negara berdasarkan usul Muh. Yamin, di mana saat BPUPKI
antara Mei-Juni 1945, Muh. Yamin menyebut-nyebut ungkapan Bhinneka Tunggal Ika
itu sendirian, I Gusti Bagus Sugriwa (temannya dari Buleleng) menyambung
sambungan ungkapan itu dengan “tan hana
darma wangrwa”.
Sumber:
Umbara, Raditya
Panji.2014. Panduan Resmi Tes CPNS CAT
2014:Kawah Media. Jakarta.
Comments
Post a Comment